بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين, وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين, أما بعد:
Tulisan ini menyebutkan tentang bagaimana sikap seorang muslim
memberikan ucapan sebagai tanda penghargaan atas kebaikan orang lain.
Berterima kasih atas pemberian orang lain adalah tanda bersyukur kepada Allah Ta’ala
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ ».
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak bersyukur kepada
Allah seorang yang tidak bersyukur kepada manusia.” HR. Abu Daud dan
dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash
Shahihah, 1/702.
Penjelasan yang sangat menarik
Berkata Al Khaththaby rahimahullah:
هذا يتأول على وجهين:
أحدهما: أن من كان طبعه وعادته كفران نعمة الناس وترك الشكر لمعروفهم كان من عادته كفران نعمة الله تعالى وترك الشكر له.
والوجه الآخر: أن الله سبحانه لا يقبل شكر العبد على إحسانه إليه إذا كان العبد لا يشكر إحسان الناس ويكفر معروفهم. اهـ
“Hadits ini ditafsirkan dengan dua makna:
Pertama: “Bahwa barangsiapa yang tabiat dan kebiasaannya adalah kufur
terhadap nikmat (kebaikan) orang dan tidak bersyukur atas kebaikan
mereka, maka niscaya termasuk kebiasaannya adalah kufur terhadap nikmat
Allah Ta’ala dan tidak bersyukur kepada-Nya.
Kedua: “Bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak menerima syukurnya
seorang hamba atas kebaikan-Nya kepadanya, jika seorang hamba tidak
bersyukur kepada kebaikan orang lain dan kufur terhadap kebaikan
mereka.” Lihat kitab Sunan Abu Daud dengan Syarah Al Khaththaby, 5/
157-158.
Beberapa cara membalas kebaikan dan pemberian orang lain
1. Membalas pemberian tersebut
2. Memuji orang tersebut
3. Mengucapkan Jazakallah khairan kepada orang tersebut
4. Mendoakan orang tersebut
Perhatikan hadits-hadits berikut:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ أُعْطِىَ عَطَاءً فَوَجَدَ فَلْيَجْزِ
بِهِ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيُثْنِ بِهِ فَمَنْ أَثْنَى بِهِ فَقَدْ
شَكَرَهُ وَمَنْ كَتَمَهُ فَقَدْ كَفَرَهُ ».
Artinya: “Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang
diberikan sebuah hadiah, lalu ia mendapati kecukupan maka hendaknya ia
membalasnya, jika ia tidak mendapati maka pujilah ia, barangsiapa yang
memujinya, maka sungguh ia telah bersyukur kepadanya, barangsiapa
menyembunyikannya sungguh ia telah kufur.” HR. Abu Daud dan dishahihkan
oleh Al Albani di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 617.
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
قَالَ « مَنْ أَتَى إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ فَلْيُكَافِئْ بِهِ وَمَنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَلْيَذْكُرْهُ فَمَنْ ذَكَرَهُ فَقَدْ شَكَرَهُ وَمَنْ
تَشَبَّعَ بِمَا لَمْ يَنَلْ فَهُوَ كَلاَبِسِ ثَوْبَىْ زُورٍ ».
Artinya: “Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Barangsiapa yang diberikan kepadanya sebuah
kebaikan, hendaklah ia membalasnya dan barangsiapa yang tidak sanggup
maka sebutlah (kebaikan)nya, dan barangsiapa yang menyebut
(kebaikan)nya, maka sungguh ia telah bersyukur kepadanya dan barangsiapa
yang puas dengan sesuatu yang tidak ia miliki, maka ia seperti seorang
yang memakai pakaian palsu.” HR. Ahmad dan dihasankan oleh Al Albani di
dalam kitab Shahih At Taghib Wa At Tarhib, no 974.
عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَتِ الْمُهَاجِرُونَ: يَا رَسُولَ
اللهِ، ذَهَبْتِ الْأَنْصَارُ بِالْأَجْرِ كُلِّهِ، مَا رَأَيْنَا قَوْمًا
أَحْسَنَ بَذْلًا لَكَثِيرٍ، وَلَا أَحْسَنَ مُوَاسَاةٍ فِي قَلِيلٍ
مِنْهُمْ، وَلَقَدْ كَفَوْنَا الْمُؤْنَةَ؟ قَالَ: «أَلَيْسَ تُثْنُونَ
عَلَيْهِمْ بِهِ، وَتَدْعُونَ اللهَ لَهُمْ؟» قَالُوا: بَلَى قَالَ:
«فَذَاكَ بِذَاكَ»
Artinya: Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Berkata Kaum
Muhajirin: “Wahai Rasulullah, kaum Anshr pergi dengan (membawa) pahala
seluruhnya, kami tidak pernah melihat suatu kaum yang lebih baik
pemberiannya dengan sangat banyak, tidak pernah lebih baik tengga
rasanya dala perihal yang sedikit dibandingkan mereka, mareka telah
mencukupkan kebutuhan kami?”, beliau bersabda: “Bukankah kalian telah
memuji mereka atas itu dan berdoa kepada Allah untuk mereka?”, mereka
menjawab: “Iya”, beliau berkata: “Maka itu dengan dengan itu.” HR. An
Nasai di dalam Sunan Al Kubra dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam
kitab Shahih At Taghib Wa At Tarhib, no 977.
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- « مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ فَقَالَ لِفَاعِلِهِ
جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا فَقَدْ أَبْلَغَ فِى الثَّنَاءِ ».
Artinya: “Usamah bin Zaid berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Barangsiapa yang dibuatkan kepadanya kebaikan, lalu
ia mengatakan kepada pelakunya: “Jazakallah khairan (semoga Allah
membalasmu dengan kebaikan), maka sungguh ia telah benar-benar
meninggikan pujian.” HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani di
dalam kitab Shahih Al jami’, no. 6368.
Berkata Muhammad Syamsul Haq Al Azhim Abady;
فَدَلَّ هَذَا الْحَدِيث عَلَى أَنَّ مَنْ قَالَ لِأَحَدٍ
جَزَاك اللَّه خَيْرًا مَرَّة وَاحِدَة فَقَدْ أَدَّى الْعِوَض وَإِنْ
كَانَ حَقّه كَثِيرًا. انتهى.
“Hadits ini menunjukkan bahwa barangsiapa yang mengucapkan kepada
seseorang “Jazakallah khairan” sekali, sungguh ia telah menunaikan
gentian, meskipun haknya banyak.” Lihat kitab ‘Aun al Ma’bud.
Berkata Al Munawi rahimahullah:
(إذا قال الرجل) يعني الإنسان (لأخيه) أي في الإسلام الذي فعل
معه معروفا (جزاك الله خيرا) أي قضى لك خيرا وأثابك عليه : يعني أطلب من
الله أن يفعل ذلك بك (فقد أبلغ في الثناء) أي بالغ فيه وبذل جهده في
مكأفاته عليه بذكره بالجميل وطلبه له من الله تعالى الأجر الجزيل ، فإن ضم
لذلك معروفا من جنس المفعول معه كان أكمل هذا ما يقتضيه هذا الخبر ، لكن
يأتي في آخر ما يصرح بأن الاكتفاء بالدعاء إنما هو عند العجز عن مكافأته
بمثل ما فعل معه من المعروف.
ثم إن الدعاء المذكور إنما هو للمسلم كما تقرر ، أما لو فعل ذمي بمسلم معروفا فيدعو له بتكثير المال والولد والصحة والعافية
“(Jika seorang mengatakan) yaitu seorang manusia (kepada saudaranya)
yaitu persaudaraan Islam yang telah berbuat kepada kebaikan (jazakallah
khairan) yaitu semoga Allah menentukan kebaikan untukmu dan memberikan
pahala atasnya, yaitu aku memohon dari Allah untuk melakukan itu
denganmu (maka sungguh ia telah melebihkan di dalam pujian) yaitu ia
telah berbuat lebih di dalam pujian itu dan telah mengerahkan usahanya
di dalam pembalasannya terhadapnya dengan menyebutkannya dengan kebaikan
dan permintaanya untuknya dari Allah Ta’ala pahala yang besar, dan jika
digabungkan hal itu dengan jenis apa yang telah ia lakukan kepadanya,
niscaya ini akan lebih sempurna apa yang disebutkan oelh riwayat ini,
tetapu disebutkan di akhir hadits, yang menjelaskan bahwa mencukupkan
dengan doa, maka sesungguhnya ini adalah ketika tidak sanggup untuk
membalas seperti apa yang telah ia lakukan kebaikan kepadanya. Kemudian
sesungguhnya doa yang disebutkan di dalam hadis hanya untuk seorang
muslim sebagaimana yang telah ditetapkan, adapun kalau ada seorang kafir
berbuat kebaikan kepada seorang muslim maka ia mendoakannya agar
mendapatkan harta, anak, kesehatan dan ‘afiyah.” Lihat kitab Faidh Al
Qadir, 1/526.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
–صلى الله عليه وسلم- « مَنِ اسْتَعَاذَ بِاللَّهِ فَأَعِيذُوهُ وَمَنْ
سَأَلَ بِاللَّهِ فَأَعْطُوهُ وَمَنْ دَعَاكُمْ فَأَجِيبُوهُ وَمَنْ صَنَعَ
إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا
تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ
كَافَأْتُمُوهُ ».
Artinya: “Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang meminta
perlindungan dengan menyebut nama Allah maka lindunglah ia, barangsiapa
yang meminta dengan menyebut nama Allah maka berilah ia, barangsiapa
yang mengundang kalian maka hadirilah (undangannya), dan barangsiapa
yang berbuat kepada kalian kebaikan maka balaslah, jika ia tidak
mendapati sesuatu untuk membalasnya, maka doakanlah ia, sampai kalian
melihat bahwa kalian sudah membalasnya.’ HR. Abu Daud. Wallahu a’lam.
Semoga terjawab pertanyaan pada judul dan semoga bermanfaat.
Penulis:
Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc
Sumber : muslim.or.id